Apa itu Uji Daktilitas Aspal? Tujuan, Prosedur, dan Alatnya
Kalau Anda sedang bergelut di dunia konstruksi jalan, pasti pernah mendengar istilah Uji Daktilitas Aspal. Ini bukan sekadar prosedur teknis biasa, tapi ujian penting untuk memastikan kualitas jalan yang Anda bangun akan awet, kuat, dan aman digunakan dalam jangka panjang.
Nah, lewat artikel ini, Anda akan diajak memahami lebih dalam soal Uji Daktilitas Aspal ini, definisi, uji titik lembek aspal untuk apa hingga alat-alat yang digunakan.Â
Yuk, kita kupas tuntas!
Apa Itu Pengujian Daktilitas Aspal?

Uji daktilitas adalah metode untuk mengetahui seberapa jauh aspal dapat ditarik sebelum akhirnya putus. Ini mencerminkan elastisitas atau kelenturan aspal yang merupakan sifat penting agar aspal tahan terhadap perubahan suhu dan tekanan kendaraan.
Aspal yang baik tidak mudah retak, tapi juga tidak terlalu plastis. Harus memiliki daya regang yang seimbang agar tetap stabil dan tidak cepat rusak.
Dalam uji ini, sampel aspal dipanaskan, lalu dicetak dan ditarik perlahan di alat khusus dalam suhu terkontrol. Hasilnya diukur dalam sentimeter. Semakin panjang tarikan sebelum aspal putus, semakin baik nilai daktilitasnya dan semakin baik kualitasnya.
Kenapa Daktilitas Aspal Itu Penting?

Anda tentu ingin jalan yang dibangun tetap nyaman dilewati bertahun-tahun, bukan?
Nah, daktilitas berperan besar di sini. Karena aspal akan selalu terpapar sinar matahari, hujan, dan beban kendaraan berat setiap hari. Tanpa daktilitas yang baik, aspal bisa retak, pecah, bahkan rusak dalam waktu singkat.
Uji daktilitas untuk apa? Tidak seperti uji penetrasi yang mengukur kekerasan, atau uji titik lembek yang menilai ketahanan terhadap suhu tinggi, uji daktilitas bertujuan memastikan aspal memiliki fleksibilitas memadai saat mengalami regangan.
Dengan kata lain, uji ini menjadi indikator penting untuk menilai sejauh mana aspal mampu mempertahankan integritasnya dalam kondisi dinamis di lapangan.
Jenis Aspal yang Diuji

Tidak semua jenis aspal bisa diuji daktilitasnya (bisa, tapi perlu penyesuaian lagi) bukan aspal cair atau emulsi itu sendiri yang diuji, tetapi residunya.
Tak semua aspal bisa diuji daktilitasnya dengan cara yang sama. Jenis aspal sangat menentukan apakah pengujian ini bisa dilakukan langsung, atau perlu perlakuan tambahan.
Uji daktilitas pada aspal apa saja? Umumnya hanya dilakukan pada:
- Aspal keras (aspal penetrasi): Bentuk padatnya memungkinkan regangan langsung saat pengujian.
- Aspal cair dan aspal emulsi: Uji daktilitas tidak dilakukan pada material awalnya, melainkan pada residu-nya (sisa aspal yang tertinggal setelah pelarut menguap atau terjadi pengikatan sempurna)
- Aspal alam: Harus melalui proses pemurnian terlebih dulu agar punya karakteristik serupa aspal keras.
Prosedur Lengkap Uji Daktilitas Aspal

Bagaimana uji ini dilakukan? Berikut langkah-langkahnya, sesuai SNI 2432-2011 tentang Cara Uji Daktilitas Aspal:
Prosedur
Persiapan Sampel
- Ambil sekitar 100 gram aspal untuk setiap cetakan.
- Panaskan aspal secara perlahan sampai cukup cair (sekitar 75–100°C, jangan sampai mendidih), lalu saring agar bebas dari kotoran.
- Tuang ke dalam cetakan daktilitas yang telah dilumuri campuran gliserin dan talk agar aspal tidak lengket saat dilepas..
Pendinginan dan Kondisioning:
- Biarkan cetakan yang berisi sampel aspal pada suhu ruang selama ±30–40 menit.
- Setelah itu, rendam cetakan yang berisi sampel aspal di bak air bersuhu 25 ± 0,5°C selama minimal 30 menit untuk memastikan suhu stabil sebelum diuji..
Pengujian
- Masukkan benda uji (pelat dasar dan cetakan daktilitas yang berisi sampel) ke dalam bak perendam pada temperatur 25ºC selama 85 menit sampai dengan 95 menit.
- Lepaskan aspal dari cetakan dan pasang di mesin daktilometer.
- Tarik kedua ujungnya secara perlahan dengan kecepatan konstan 50 mm/menit atau 5 cm/menit.
- Amati hingga aspal putus secara alami, lalu ukur panjang tarikan dalam satuan cm.
Evaluasi Hasil
- Lakukan pengujian sebanyak tiga kali pada sampel berbeda.
- Ambil rata-rata panjang tarikan dari ketiganya sebagai nilai daktilitas akhir.
- Tapi, bila benda uji menyentuh dasar bak atau terapung pada permukaan air maka pengujian dianggap tidak normal, untuk menghindari hal tersebut maka berat jenis air harus disesuaikan dengan berat jenis benda uji dengan menambah methyl alkohol atau sodium klorida.
- Kalau ketiga pengujian tetap gagal karena masalah tadi, berarti uji daktilitas tidak bisa dilakukan sesuai standar, dan hal itu juga harus dicatat dalam laporan.
Prosedur ini tampak sederhana, tapi butuh ketelitian tinggi untuk mendapatkan hasil yang akurat dan bisa dipertanggungjawabkan secara teknis.
Alat-Alat yang Digunakan
Supaya hasil uji daktilitas Anda sahih, tentu butuh peralatan yang sesuai standar.
Ini daftar alat uji daktilitas aspal yang wajib ada:
- Cetakan daktilitas dari kuningan.
- Bak perendam yang mampu menjaga suhu konstan (±0,1°C).
- Mesin uji daktilitas (daktilometer) yang dapat menarik sampel dengan kecepatan tetap dan tanpa getaran.
- Termometer berskala -8°C hingga 32°C untuk memantau suhu air.
Kualitas alat sangat memengaruhi hasil uji. Karena itu, penting untuk memilih alat yang sudah terverifikasi sesuai standar nasional atau internasional.
Standar yang Digunakan
Dalam dunia teknik sipil, tidak ada ruang untuk asal-asalan. Semua harus sesuai standar.
Uji daktilitas aspal ini mengacu pada:
- SNI 2432:2011 untuk metode utama uji daktilitas.
- SNI 2456 untuk pengujian penetrasi bitumen.
- SNI 6835 dan SNI 6865 untuk uji pengaruh panas dan presisi antar laboratorium.
Mengikuti standar ini memastikan bahwa hasil uji Anda dapat diterima oleh semua pihak, termasuk konsultan pengawas, pemilik proyek, dan auditor mutu.
Kapan Uji Ini Dianggap Gagal?
Ya, tidak semua uji langsung sukses. Uji daktilitas aspal dianggap gagal jika terjadi kondisi-kondisi berikut:
1. Benda Uji Mengapung atau Menyentuh Dasar Bak Perendam
Ini bisa terjadi jika berat jenis air dalam bak tidak diatur dengan benar. Padahal, posisi benda uji harus stabil dan sepenuhnya terendam agar hasil pengujian akurat. Bila tidak, hasilnya tidak dapat dipercaya karena gaya tarik akan terganggu oleh faktor luar.
2. Tiga Kali Pengulangan Uji Tidak Memberikan Hasil yang Konsisten
Konsistensi adalah kunci dalam pengujian laboratorium. Jika setiap kali hasilnya berbeda jauh, maka ada yang salah—entah pada persiapan benda uji, suhu yang tidak stabil, atau kesalahan kalibrasi alat.
3. Suhu Air atau Kecepatan Tarikan Tidak Sesuai Standar
Jika suhu air atau kecepatan tarikan tidak sesuai standar (25°C ± 0,5°C dan 50 mm/menit ± 2,5 mm), uji daktilitas aspal juga bisa dianggap gagal. Perbedaan sekecil apa pun dari standar ini bisa memengaruhi viskositas aspal dan menyebabkan hasil uji meleset dari nilai sebenarnya.
Kalau Anda mengalami kegagalan seperti ini, jangan buru-buru panik. Yang harus Anda lakukan adalah:
- Mengecek ulang pengaturan alat,
- Menyesuaikan kembali komposisi air di bak perendam,
- Dan jika perlu, mengganti sampel uji lalu melakukan pengujian ulang.
Hasil uji yang valid hanya bisa diperoleh dari prosedur yang dijalankan dengan benar sejak awal hingga akhir. Lebih baik mengulang dengan benar, daripada memaksakan hasil yang salah dan menyesal di kemudian hari.
Uji daktilitas aspal bukan hanya prosedur teknis, tapi bagian penting dalam memastikan jalan yang Anda bangun berkualitas tinggi dan tahan lama.
Kalau Anda sedang mencari Ductility Of Bituminous Materials Test Set atau peralatan laboratorium aspal lainnya, Anda bisa mendapatkannya di PT Garuda Teknik Asia. Produk-produk kami sudah sesuai standar dan siap mendukung kualitas proyek Anda.
Hubungi kami sekarang dan pastikan setiap aspal yang Anda gunakan, lulus uji daktilitas dengan sempurna!