Prosedur Pengujian SPT Tanah & Interpretasi Hasilnya untuk Analisis Daya Dukung Tanah
Standard Penetration Test (SPT) tanah merupakan salah satu metode penyelidikan tanah yang umum digunakan untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan tanah pada lokasi konstruksi. Pengujian ini memberikan informasi mengenai data lapisan tanah, yaitu jenis tanah, warna tanah, dan sampel tanah (disturbed dan undisturbed) melalui nilai pukulan (N-value) di lapangan..
Hasil SPT tanah sangat membantu insinyur dalam menilai daya dukung tanah secara empiris, memilih jenis fondasi yang tepat, serta memahami variasi kondisi tanah pada setiap kedalaman. Data ini menjadi dasar penting dalam perencanaan struktur agar tetap aman dan stabil.
Dengan memahami prosedur pengujian SPT dan cara interpretasinya, potensi risiko seperti penurunan tanah atau kegagalan fondasi dapat terminimalisir sejak tahap awal perencanaan.
Apa Itu Standard Penetration Test Tanah serta Tujuannya?

Metode pengujian tanah dengan SPT termasuk cara yang ekonomis dan cepat. Pengujian dilakukan dengan mengebor tanah terlebih dahulu memakai rangkaian batang bor.
Setelah mencapai kedalaman yang diinginkan, maka split spoon sampler dimasukkan ke dalam dasar lubang lalu dipancang dengan memakai palu seberat 63.5 kg yang dijatuhkan dari ketinggian 75 cm. Setelah dipancang sedalam 15 cm, maka selanjutnya dicatat jumlah pukulan (N-value) yang diperlukan untuk memancang sedalam 30 cm.
Dalam SPT, dipakai tabung sampel atau split spoon sampler, palu seberat 63,5 kg, serta batang bor untuk menumbuk tanah. Proses ini menghasilkan nilai N-SPT yang menjadi indikator kepadatan serta kekuatan tanah.
Tujuan utama SPT tanah adalah membantu insinyur menentukan daya dukung tanah secara empiris, memilih jenis fondasi yang sesuai, serta memperkirakan kemungkinan penurunan (settlement) pada masa mendatang. Data SPT menjadi dasar awal dalam evaluasi kondisi tanah sebelum desain struktur dilakukan.
Prosedur Pengujian Standard Penetration Test Tanah

Berikut langkah-langkah prosedur SPT yang umum diterapkan pada lapangan.
1. Persiapan Alat serta Lokasi
Sebelum pengujian, lubang bor harus bersih dari material lepas. Kemudian siapkan alat uji tanah utama seperti mesin bor, palu jatuh bebas, serta split spoon sampler.
Pastikan juga lokasi pengujian aman serta aksesnya mudah supaya proses penumbukan maupun pengambilan sampel berjalan lancar.
2. Pengeboran Awal serta Pemasangan Split Spoon Sampler
Langkah selanjutnya ini termasuk boring test, caranya dengan melubangi bor hingga kedalaman tertentu. Biasanya interval pengujian setiap 2 meter menurut ketentuan praktis pengujian tanah bina marga PUPR. Setelah mencapai kedalaman pengujian, pasang split spoon sampler pada ujung rangkaian batang bor lalu siap buat proses penumbukan untuk mengambil sampel tanah.
Proses ini harus hati-hati supaya material tanah yang masuk ke sampler tetap representatif sesuai kondisi lapangan. Hasil sampel ini menjadi dasar akurat untuk perhitungan nilai SPT tanah sekaligus evaluasi kualitas tanah sebelum perancangan fondasi.
3. Penumbukan (Driving Test)
Pada proses penumbukan, petugas lapangan harus menjatuhkan palu seberat 63,5 kg dari ketinggian 76 cm untuk menumbuk sampler. Proses ini terjadi sebanyak tiga set, masing-masing 15 tumbukan.
Jumlah tumbukan dari penetrasi 15–45 cm tercatat sebagai nilai N-SPT, yang nantinya dipakai dalam analisis daya dukung tanah. Selain itu, konsistensi penumbukan juga penting sebab setiap variasi bisa memengaruhi akurasi nilai N maupun interpretasi kondisi tanah.
4. Pengambilan serta Pemeriksaan Sampel Tanah
Setelah penumbukan selesai, ambil sampel tanah dari split spoon sampler dengan hati-hati supaya tidak mengalami perubahan bentuk maupun kadar air. Kemudian masukkan sampel ke dalam wadah tertutup untuk menjaga kondisi aslinya sebelum pengiriman ke laboratorium.
Pada laboratorium, akan ada pengujian sampel tanah untuk mengetahui kadar air, berat jenis, serta klasifikasinya sesuai sistem standar seperti USCS. Data ini membantu memahami karakteristik setiap lapisan tanah serta mendukung evaluasi fondasi.
5. Pencatatan Data Lapangan
Lakukan juga pencatatan data dengan detail, termasuk kedalaman bor, jumlah tumbukan, serta kondisi lapisan tanah. Data ini nantinya masuk koreksi demi memperoleh nilai N60, yang menjadi dasar perhitungan daya dukung fondasi.
Selain itu, setiap perubahan kondisi tanah seperti adanya lensa pasir, kerikil, atau lapisan lempung jenuh perlu tercatat untuk interpretasi hasil. Pencatatan rapi sekaligus sistematis akan mempermudah proses analisis serta membantu insinyur menentukan strategi perkuatan atau jenis fondasi yang sesuai.
Interpretasi Hasil Uji Standard Penetration Test Tanah

Interpretasi hasil SPT terjadi setelah seluruh data lapangan terkumpul serta nilai N-SPT tercatat. Nilai N menunjukkan kepadatan serta kekuatan tanah pada setiap kedalaman bor, yang menjadi acuan utama dalam perencanaan fondasi.
Umumnya, tanah lunak punya nilai N rendah, sedangkan SPT tanah keras atau padat menunjukkan nilai N yang tinggi. Perbedaan nilai N-SPT tanah ini membantu insinyur menilai daya dukung tanah secara empiris, memahami perubahan atau transisi lapisan tanah, sekaligus menentukan strategi perkuatan yang sesuai.Â
Dalam beberapa proyek, pengukuran tambahan memakai Dynamic Cone Penetrometer juga menjadi opsi. Dengan alat DCP test ini, data kepadatan tanah dapat diperoleh secara cepat, terutama pada lapisan pasir atau tanah granular.
Hasil SPT yang ter-analisis dengan benar memungkinkan penentuan kedalaman fondasi optimal. Apalagi tanah lunak mungkin memerlukan fondasi besar atau metode perkuatan khusus. Sementara tanah keras bisa menahan beban struktur dengan fondasi dangkal.
Selain kepadatan, nilai N-SPT juga memberi indikasi homogenitas lapisan tanah pada lokasi proyek. Dengan data ini, risiko penurunan atau settlement struktur bisa terprediksi sejak awal.
Tidak hanya itu, pemakaian metode SPT dengan alat tambahan juga membantu memastikan interpretasi tanah lebih akurat. Pastinya turut mendukung keamanan sekaligus stabilitas bangunan.
Menariknya, hasil interpretasi SPT dapat menjadi acuan untuk memilih jenis fondasi sekaligus material pendukung lainnya pada lokasi konstruksi. Data ini juga membantu perencana proyek dalam mengantisipasi variasi sifat tanah pada berbagai titik pengujian.
Pemakaian informasi dari SPT memungkinkan pengambilan keputusan teknik lebih cepat serta tepat. Dengan begitu, risiko kegagalan struktur akibat kondisi tanah yang tidak terdeteksi bisa minimal.
Faktor yang Memengaruhi Hasil Uji SPT

Ada beberapa faktor yang memengaruhi hasil pengujian SPT, antara lain:
- Jenis dan Kondisi Tanah: tanah berpasir yang longgar atau lempung lunak biasanya menghasilkan nilai N rendah. Sedangkan pasir padat atau tanah berkerikil cenderung memberikan nilai N lebih tinggi.
- Kondisi jenuh air juga dapat menurunkan nilai N karena tanah menjadi lebih mudah terpenetrasi.
- Energi jatuh palu harus konsisten supaya nilai N valid, sebab variasi ketinggian atau kondisi palu dapat memengaruhi hasil.
- Kedalaman serta karakteristik lapisan tanah yang bervariasi juga dapat memengaruhi akurasi interpretasi.Â
Pada akhirnya, pemakaian alat uji terbaik dapat membantu memperoleh data SPT tanah lebih akurat, menjadikan interpretasi nilai N andal. Dengan data yang akurat ini, perencanaan fondasi bisa lebih aman serta efisien.
Dalam hal ini, Anda bisa memakai berbagai peralatan uji tanah berkualitas dari PT Garuda Teknik Asia yang mendukung pengambilan data. Berkat bantuan peralatan andal, setiap keputusan desain fondasi dapat mengikuti standar teknik yang berlaku.
