macam-macam uji beton

Kenali Macam-Macam Uji Beton serta Alatnya

Dalam dunia konstruksi, mengenal macam-macam uji beton itu adalah hal yang penting. Pasalnya, kualitas beton itu tidak bisa hanya dilihat dari penampilan luarnya saja. Perlu dilakukan serangkaian pengujian dengan alat khusus sesuai standar SNI pengujian beton, supaya bisa dipastikan bahwa beton tersebut benar-benar kuat, tahan lama, dan sesuai spesifikasi.

Nah, buat Anda yang mungkin masih belum tahu apa saja macam-macam uji beton yang biasa dilakukan di proyek konstruksi, yuk, simak penjelasannya berikut ini!

1. Uji Kuat Tekan Beton

uji kuat tekan beton

Jenis pengujian yang paling populer dan sering dilakukan adalah uji kuat tekan beton. Ini biasanya jadi indikator utama untuk mengetahui seberapa besar beban maksimum yang bisa ditahan oleh beton sebelum akhirnya hancur atau retak.

Alat yang digunakan untuk uji ini disebut Compression Testing Machine atau biasa disingkat CTM. Mesin ini punya peran penting karena bisa memberikan tekanan bertahap ke benda uji beton sampai beton tersebut pecah. Dari sini akan keluar hasil berupa angka kuat tekan dalam satuan MPa (Mega Pascal).

Selain Compression Testing Machine (CTM), pengujian cepat di lapangan dapat dilakukan menggunakan Schmidt Hammer (Hammer Test), yang bekerja dengan mengukur pantulan dari permukaan beton untuk memperkirakan kekuatannya. 

Meski lebih praktis, metode ini hanya bersifat estimatif. Standar Nasional Indonesia (SNI) tetap menetapkan penggunaan CTM sebagai metode utama dalam pengujian kuat tekan beton. Oleh karena itu, penggunaan CTM berkualitas tinggi sangat direkomendasikan guna memperoleh hasil yang akurat dan konsisten sesuai SNI 1974:2011.

2. Slump Test

Slump test

Nah, sebelum beton dituangkan ke dalam bekisting, ada pengujian penting yang perlu Anda lakukan, yaitu Slump Test. Pengujian ini berguna untuk mengetahui seberapa mudah adukan beton segar mengalir dan dituang, atau dalam istilah teknis disebut tingkat kelecakan (workability).

Biasanya alat yang digunakan terdiri dari:

  • Slump cone (kerucut logam standar)
  • Tamping rod (besi pemadat)
  • Alas baja
  • Penggaris pengukur tinggi slump

Prosedur pengujian slump diatur dalam SNI 1972:2008. Pengujiannya dilakukan dengan mengisi cetakan berbentuk kerucut menggunakan beton segar dalam tiga lapis, di mana setiap lapisan dipadatkan menggunakan tongkat pemadat. 

Setelah penuh, permukaan diratakan dan cetakan diangkat perlahan secara tegak lurus, lalu diletakkan terbalik di samping beton. Selisih antara tinggi beton dan tinggi cetakan inilah yang disebut sebagai nilai slump. 

Hasilnya bisa menunjukkan apakah beton terlalu kaku, normal, atau bahkan terlalu cair. Slump test ini penting untuk memastikan mutu beton saat proses pengecoran berjalan sesuai harapan. Secara umum, kisaran nilai slump yang dianggap baik tergantung pada jenis pekerjaan dan kebutuhan di lapangan. 

Untuk pekerjaan beton struktural, para praktisi teknik sipil biasanya mengacu pada kisaran 8-12 cm sebagai tingkat kelecakan yang memadai. Pemilihan nilai slump yang sesuai membantu menjaga keseimbangan antara kemudahan pengerjaan (workability) dan kekuatan beton, sehingga hasil akhir struktur tetap optimal.

3. Uji Kuat Tarik Belah Beton 

uji kuat tarik belah beton

Macam-macam uji beton sangat beragam, selain diuji tekan, beton juga harus diuji kemampuan tariknya. Beton memang dikenal lemah terhadap gaya tarik, makanya pengujian ini juga tidak kalah penting. 

Metode pengujiannya disebut Splitting Tensile Test. Alat utamanya tetap Compression Testing Machine tetapi dilengkapi dengan alat bantu berupa pelat baja khusus agar tekanan yang diberikan bisa merata di sisi samping benda uji silinder beton.

Fungsi dari uji kuat tarik belah ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kemampuan beton menahan gaya tarik sebelum akhirnya retak atau pecah di bagian tengahnya. Ini sangat berguna untuk mendesain struktur beton bertulang.

4. Uji Modulus Elastisitas Beton

uji modulus elastisitas beton

Kalau Anda penasaran seberapa elastis atau lenturnya beton ketika menerima beban, maka pengujian ini adalah jawabannya. Uji modulus elastisitas beton dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tegangan dan regangan pada beton ketika dikenai beban.

Alat utamanya adalah compressometer/extensometer yang dipasang di benda uji beton saat uji kuat tekan berlangsung. Alat ini berfungsi untuk mengukur perubahan panjang beton saat diberi tekanan.

Pengujian ini biasanya dilakukan di laboratorium dengan prosedur sesuai SNI pengujian beton. Hasilnya akan membantu engineer untuk mendesain struktur yang aman dan efisien.

5. Uji Berat Jenis Beton

uji berat jenis beton

Apa saja macam-macam uji beton untuk mengetahui berat jenis? Ternyata cukup sederhana. Yang Anda butuhkan hanya timbangan khusus dengan ketelitian tinggi dan bak air untuk merendam benda uji beton.

Prinsipnya menggunakan hukum Archimedes. Beton ditimbang dalam kondisi kering, lalu direndam dalam air dan ditimbang lagi. Selisih berat inilah yang digunakan untuk menghitung berat jenis beton.

Hasil dari uji ini bisa memberikan gambaran tentang kepadatan beton dan apakah ada rongga-rongga udara berlebih di dalamnya yang bisa menurunkan kekuatan beton.

6. Uji Permeabilitas Beton 

uji permeabilitas beton.

Macam-macam uji beton selanjutnya, ada uji permeabilitas beton yang berguna untuk mengetahui seberapa mudah air atau zat cair lainnya bisa merembes masuk ke dalam beton. Pengujian ini penting untuk menilai daya tahan jangka panjang suatu struktur.

Alat yang digunakan disebut Water Permeability Apparatus. Alat ini akan memberikan tekanan air tertentu ke permukaan beton dalam jangka waktu tertentu, lalu diukur seberapa banyak air yang bisa menembus ke sisi dalam beton.

Berdasarkan metode pengujiannya, uji permeabilitas dibedakan menjadi dua kategori, yaitu uji kecepatan aliran (flow test) dan uji penyerapan air (penetration test). Flow test digunakan ketika air dapat mengalir menembus sampel beton, sementara penetration test diterapkan jika tidak ada aliran air yang terlihat, dengan cara mengukur kedalaman penetrasi air ke dalam beton. 

Dari kedua metode ini, dapat diperoleh data untuk menentukan koefisien permeabilitas, yaitu angka yang menunjukkan kecepatan rembesan air dalam beton. Semakin besar nilai koefisien ini, semakin mudah air menembus beton, yang menandakan kualitas beton terhadap ketahanan air tergolong rendah.

Oleh karena itu, beton dengan permeabilitas rendah sangat diandalkan untuk struktur yang terekspos langsung terhadap air atau lingkungan agresif, seperti bendungan, jembatan, dan bangunan pesisir, dikarenakan lebih tahan terhadap kerusakan akibat air.

7. Uji Ultrasonik Beton

uji ultrasonik beton.

Anda pernah dengar macam-macam uji beton tapi yang tanpa merusaknya? Nah, ini dia salah satunya. Uji ultrasonik beton dilakukan untuk mengetahui homogenitas dan kualitas beton tanpa merusak strukturnya.

Alat yang digunakan adalah Ultrasonic Pulse Velocity Test dengan memanfaatkan gelombang ultrasonik. Cara kerja alat UPV, yaitu dengan memberi getaran gelombang longitudinal lewat tranduser elektro–akustik, melalui cairan perangkai yang berwujud gemuk ataupun sejenis pasta selulose, yang dioleskan pada permukaan beton sebelum tesnya dimulai.

Pengujian dengan alat UPV ini dapat digunakan untuk mengetahui keseragaman kualitas beton, mengetahui kualitas struktur beton setelah umur beberapa tahun, serta menghitung modulus elastisitas dan koefisien Poisson beton tanpa harus membongkarnya. 

Nah, itu dia pembahasan lengkap tentang macam-macam uji beton dan alat yang digunakan di setiap jenis pengujian.

Setelah tahu macam-macam uji beton, buat Anda yang lagi cari produk alat uji beton dengan kualitas terbaik dan sesuai standar SNI, Anda bisa langsung cek produk dari PT Garuda Teknik Asia. Tersedia berbagai jenis alat uji beton yang lengkap dan tepercaya untuk semua kebutuhan proyek Anda.

Similar Posts